Rabu, 29 Juni 2016

Menanti Sebuah Jawaban ( Part I )

Menanti Sebuah Jawaban ( Part I )
( Meeting Senjaa itu, 26 April 2015 )
Di satu sabtu. Sabtu sore. Sore kelam bertudung mendung. Dengan langkah gontai kususuri lorong sempit menuju sebuah ruang dimana ribuan hati harap-harap cemas menanti sebuah jawaban pasti. Tiba di pelataran tampak jelas tunggangan-tung
gangan bermerek terparkir asal-asalan. Jelas terbaca gambaran rupa-rupa ekspresi emosi si empunyaa.
Memilih sudut yang tersembunyi, mungkin takut kalau-kalau kabar yang datang tak sesuai harapannyaa. Di bawah pohon, gelisah akan turun huja(ta)n, namun tetap yakin tidak akan sakit karena hanyaa percikan bukan basah kuyup, masih bisaa bernaung selagi mencari-cari yang pasti. Memilih posisi di tengah halaman, gambaran tetap percayaa diri tampil di tengah khalayak ramai meskipun warnanyaa belum mengalami perubahan. Abu-abu. Statis.
Lalu aku sendiri? Sesak. Tak tentu apaa perasaanku, campur aduk, penuh sesak. Masih tetap membisu menuju ruang 'menanti sebuah jawaban', kutemui beberapaa yang memang sejak awal enggan untuk masuk, diantaranyaa adaa wajah - wajah baru dengan senyum yang benar - benar ceria. Batin mereka sedang bereforia, pikirku. Bagaimana tidak, ini 'kedudukan' bergengsi. Situasi yang samaa sewaktu aku seperti kalian beberapa abad lalu. Rasanyaa ingin kembali dan berlaku sewajarnyaa biar saat ini tidak adaa penyesalan pernah sombong di awal - awal. Sesak.
Sungguh tidak tahan dengan senyuman manis kalian, mari kita masuk! Dengarkan ceritaku jika diberi peluang. Biar kuubah senyuman itu dengan tangis prihatin. Dengar, dengar, dengarkan! Kalian harus TAHU, tidak adil seatap tapi tak seperasaan. Sadis!
Aku tenggelam dalam kacau balaunyaa emosi. Tanpa disadari waktu menunjukkan pukul 17:00 Waktu di Mana Aku Berdiri. Itu artinyaa akan segera dimulai... (bersambung)
*Capek+Ngantuk


~ by Fifin Rato ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar